Sunday, 27 September 2015

Keutamaan Safety Talk Sebagai Usaha Pencegahan Kecelakaan



Keutamaan Safety Talk Sebagai Usaha Pencegahan KecelakaanSebuah perusahaan yang mengoperasikan kilang dalam beberapa hal kemungkinan bisa terjadi seperti kecelakaan kerja.

Setiap orang dimanapun berada , siapapun dia bisa saja mengalami suatu kecelakaan.Terlebih lagi bila sedang melakukan suatu aktifitas atau berada dalam lingkungan orang yang sedang bekerja .
Setiap kecelakaan kerja sudah pasti akan merugikan pekerja itu sendiri maupun perusahaan , perusahaan didalam menjalankan seluruh aktifitasnya selalu berusaha untuk menekan sekecil mungkin terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan berbagai factor , berbagai upaya senantiasa dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja sehingga kerugian – kerugian yang sangat fatal baik dari peralatan maupun dari manusianya dapat dihindarkan .

Dari berbagai upaya yang dilakukan perusahaan sebagai langkah pencegahan kecelakaan kerja, salah satunya adalah dengan melaksanakan program Safety Talk untuk seluruh pekerja tanpa kecuali.
Dalam safety talk kali ini materi yang dibahas adalah; “Pentingnya Safety talk sebagai usaha pencegahan kecelakaan kerja ”

Safety talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja,  serta berbagai masalah pekerjaan dapat kita diskusikan ( secara teoritis ), untuk kemudian dapat diterapkan dan dipraktekan hasil dari diskusi tersebut dilapangan / plant, dengan safety talk dapat pula meningkatkan pengetahuan kita terhadap :

·         Pekerjaan yang kita hadapi dan bahayanya serta penanggulangannya .
·         Procedure kerja .
·         Peralatan safety ( alat-alat pelindung diri ).
·         Komunikasi .

1. Meningkatkan pengetahuan pekerjaan yang kita hadapi dan bahayanya serta penangulangannya.

Semakin banyak kita melaksanakan tugas / pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan maka membuat kita semakin berpengalaman pula bahkan bisa makin familier dengan tugas dan tanggung jawab tersebut , sehingga kita semakin mengerti dengan keadaan lingkungan tempat bekerja dan akan dengan cepat pula mengatasinya bila terjadi problem atau keadaan darurat .

2. Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur kerja.

Dari pengalaman – pengalaman selama ini semakin kita sering melakukan pekerjaan yang sama sehingga kita menjadi terbiasa dan membuat kita semakin menguasai pekerjaan itu , tetapi dilain pihak menjadikan kita terlena dengan kemampuan itu , dikarenakan kita sudah terbiasa melakukannya terkadang menjadikan kita lalai , gegabah dan sembrono dengan yang namanya prosedur kerja , akibatnya bisa fatal terhadap peralatan maupun manusianya .
Apabila kita bekerja menggunakan prosedur kita sudah terlindungi bila terjadi hal – hal yang tidak kita inginkan , karena yang akan bertanggung jawab adalah yang menyiapkan , memeriksa dan mengesahkan prosedur tersebut .


3. Meningkatkan pengetahuan kita terhadap alat – alat pelindung diri .

Setiap pekerja mempunyai tanggung jawab yang sama untuk bekerja yang aman dan selamat, pada dasarnya kita semua mengerti bahaya-bahaya yang mungkin timbul ditempat area kerja kita masing-masing dan alat-alat pelindung diri apa saja yang harus kita pakai .
Perusahaan telah menyediakan dan memcukupi perlengkapan dan kelengkapan alat pelindung diri, diharapkan dapat dipergunakan secara baik dan tepat .

4. Meningkatkan kemampuan kita berkomunikasi .

Didalam safety talk ini tanpa sadar kita juga belajar berkomunikasi , kapan kita harus mendengarkan , kapan kita mengutarakan pendapat, jangan main potong saja selagi orang lain mengutarakan pendapatnya efeknya bisa saja orang tersebut tersinggung , terutama bila kita sedang bekerja komunikasi memegang peranan sangat penting , apabila kita menerima atau memberi perintah yang tidak jelas atau salah akibatnya bisa fatal.

Komunikasi yang baik merupakan suatu manifestasi / cerminan dari keakraban dan kebersamaan kita hingga akan menciptakan suasana yang intim , hangat dan harmonis yang pada akhirnya akan menciptakan kebersamaan , sehingga dalam kita bekerja sehari-hari akan terasa ringan dan nyaman .

Uraian tersebut diatas yang baru kita bahas merupakan sebagian kecil dari banyaknya persoalan dan manfaat yang dapat kita ungkap dalam safety talk , mudah – mudahan menjadikan kita lebih bertanggung jawab dalam bekerja sehingga ikut menunjang produktifitas perusahaan .

Semoga Artikel ini bermanfaat... :)

Saturday, 12 September 2015

Job Safety Analysis

Analisa resiko pekerjaan adalah Kegiatan analisa suatu risiko dengan cara menentukan besarnya kemungkinan/probability dan tingkat keparahan dari akibat/consequences suatu risiko
Dampak dari suatu kegiatan bisa dihubungkan dengan :
      1.      Manusia, 
      2.      Lingkungan,
      3.      Aset,
      4.      Reputasi Perusahaan

1.      Dampak Yang berkaitan dengan manusia dibagi menjadi beberapa bagian lagi contoh :
·         Kegiatan tersebut dapat  menyebabkan luka hanya bersifat First Aid saja.
·         Kegiatan tersebut dapat  menyebabkan luka  tidak masuk kerja
·         Kegiatan tersebut dapat menyebabkan cacat sebagian
·         Kegiatan tersebut dapat menyebabkan cacat total
·         Kegiatan tersebut dapat menyebabkan kemaatian / fatality

2.      Dampak yang berkaitan dengan Lingkungan :
·         Menyebabkan pencemaran ringan
·         Menyebabkan pencemaran sedang
·         Menyebabkan pencemaran berat

3.      Dampak yang berkaitan dengan Aset :
·         Menyebabkan alat rusak ringan masih dapat dipergunakan
·         Menyebabkan alat rusak sedang alat tidak dapat digunakan namun masih bisa diperbaiki
·         Menyebabkan alat rusak berat alat tidak dapat diperbaiki dan tidak dapat digunakan
4.      Menjadi Berkaitan dengan Reputasi / citra perusahaan :
·         Pembicaraan di lokal perusahaan
·         Menjadi pembicaraan di daerah masuk koran daerah dll
·         Menjadi pembicaraan di nasional masuk TV, dan media media lainyya yang bersifat nasional
·         Menjadi pembicaraan di Internasional masuk media Internasional

Probability / Keseringan kegiatan tersebut berulang :
  • Pernah terdengar terjadi
  • Pernah terjadi
  • Terjadi hampir setiap tahun
  • Terjadi sering setiap tahun

Dari semua analisa pekerjaan tersebut diatas ditambah dengan probability keseringan kegiatan tersebut terjadi maka kita bisa membuat tabel dan menentukan masuk ke kategori mana kegiatan tersebut terjadi apakah resiko kegiatan dengan resiko rendah, sedang, atau tinggi, tentunya harus disesuaikan dengan kebijakan dari masing masing perusahaan.

Dengan menentukan analisa resiko dari suatu pekerjaan kita dapat melakukan suatu kegiatan pengendalian untuk menurunkan resiko dari suatu pekerjaan tersebut, sehingga didapat suatu resiko yang dapat diterima misalkan resiko pekerjaan rendah baru boleh kegiatan tersebut dilakukan.
   Macam macam pengendalian dari suatu resiko pekerjaan dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
1.     Eliminasi : dengan cara ini sumber bahaya yang dilakukan langsung dihilangkan
2.     Substutusi : dengan cara mengganti sumber bahaya dengan yang lebih aman
3.     Rekayasa Engineering : Dengan melakukan perbaikan dan perhitungan sehingga bekerja, lingkungan kerja atau alat kerja dapat digunakan dengan aman
4.     Administrasi : dengan membuat prosedur kerja
5.     APD : Pengendalian yang terakhir adalah dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

Apabila analisa dari pekerjaan sudah dilakukan dan sudah dilakukan tindakan pengendalian, yang selanjutnya tinggal membuat tujuan, sasaran dan program serta impelementasi, apabila kegiatan kegiatan tersebut sudah dilakukan maka jumlah kecelakaan kerja akan menurun dan tingkat kesehatan kerja juga akan menjadi baik.
Semoga artikel ini bermanfaat...aamiin..
Baca juga :

Penerapan Sistem Manajemen HSE / K3 OHSAS-18001

Friday, 11 September 2015

Prosedur Pemakaian Full Body Harness

PROSEDUR PEMAKAIAN FULL BODY HARNESS


1.     RUANG LINGKUP
Instruksi kerja ini digunakan untuk pemakaian alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaan pada ketinggian untuk melindungi kemungkinan orang terjatuh dari tempat ketinggian yang tidak disertai dengan pengamanan. Sistem pelindung jatuh yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis kerja serta kondisi yang ada. Prinsip penggunaan full body safety harness adalah sesuai dengan prosedur penggunaan safety harness yang aman, dan harus sesuai dengan undang-undang, legalisasi, regulasi dan standar relevan yang di patuhi perusahaan
2.     TUJUAN
Tujuan dari instruksi kerja ini adalah untuk menjamin personil menggunakan full body harness yang benar.
3.     PENANGGUNGJAWAB
3.1.   Direktur
3.2.   Pengawas
4.     TEMPAT
Instruksi kerja ini digunakan di segala situasi di mana pekerja bekerja pada ketinggian, dimana ada kemungkinan untuk jatuh dari ketinggian lebih dari dua (1.8 m) meter atau di segala situasi di mana prosedur kerja menyatakan bahwa harness harus digunakan
5.     PERLENGKAPAN
5.1.      Kelengkapan Administrasi
a)     Job Safety Analysis (JSA)
b)    Risk Assessment
5.2.      Perlengkapan Utama
a)      Full Safety Body Harness
b)      Lanyard
5.3.      Peralatan Pendukung/Material
a)     Full body harness,
b)    Lanyard

6.     PROSEDUR
6.1.   Persiapan
  1. Lakukan pengarahan dengan tail gate meeting bersama semua anggota Tim untuk membahas dan memahami SOP dan JSA hingga benar-benar dimengerti oleh setiap anggota Tim ketika pekerjaan dilaksanakan dan semua didokumentasikan
  2. Beritahu Personil yang akan melakukan pekerjaan pemeriksaan pada ketinggian diatas 1,8 m 
6.2.   Persiapan Kerja
  1.  Item Yang Diinspeksi
          a.      Full Safety Body Harnnes
  • Yakinkan dan pastikan bahwa tali pada full body harness tidak ada yang terpelintir, pastikan dan lepaskan setiap pengencang,
  • Yakinkan full body harness dilengkapi D-ring pada bagian belakangnya
  • Yakinkan dan pastikan bahwa full body harness sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku
  •  Yakinkan dan pastikan bahwa full body harness tidak  pernah digunakan dengan berat yang berlebihan,
  • Yakinkan dan pastikan full body harness tidak karat, dan atau terkontaminasi bahan kimia (minyak, oli, cairan, dll),
  •  Yakinkan ada orang lain yang berkompeten untuk melakukan pemeriksaan full body harness dan pastikan bahwa semua baik dan berfungsi
  •  Dokumentasikan hasil pemeriksaan
          b.      Lanyard
  • Yakinkan dan pastikan panjang lanyard adalah 4 feet dan tidak melebihi 6 feet,
  • Yakinkan dan pastikan lanyards tidak ada yang rapuh, robek atau tanda-tanda kerusakan lainnya,
  •  Yakinkan dan pastikan lanyard dilengkapi dengan locking snaphooks,
  •  Yakinkan dan pastikan lanyard dipasang  pada D-ring mounted di bagian belakang harness,
  •  Yakinkan dan pastikan lanyard belum pernah terkena impact akibat dari jatuh,
  • Yakinkan ada orang lain yang berkompeten untuk melakukan pemeriksaan lanyard dan pastikan bahwa semua baik dan berfungsi,
  • Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan difile,
6.3.   Pelaksanaan Kerja
  1. Pegang full body harness pada cincin “D” dan goyangkan perlahan, pastikan tali tidak terpelintir,
  2. Pegang cincin “D”, angkat full body harness melewati kepala dan masukkan tangan satu per satu melalui tali,
  3. Pasang full body harness hingga menyentuh bahu dan pastikan bahwa cincin “D” berada dibelakang leher,
  4. Tarik tali diantara kaki dan lingkarkan pada salah satu kaki dan kencangkan, pastikan bahwa tali pada kaki tidak tertukar,
  5. Pastikan dengan tangan bahwa full body harness terpasang dengan benar dan tidak ada tali yang terpelintir,
  6. Catatan : full body harness harus pas tapi tidak terlalu kencang
  7. Biarkan orang lain yang berkompeten untuk memeriksa full body harness dan memasang lanyard pada cincin “D” bila diperlukan
Semoga Artikel ini bermanfaat...

Baca juga...

Thursday, 10 September 2015

Program HSE di Tempat Kerja

Program HSE di Tempat Kerja
Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (HSE) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi.

          Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya.
          Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.

          Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.
          Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diseleng-garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN PELAKSANAAN K3 PERKANTORAN
          Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :
  • Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
  • Jaringan elektrik dan komunikasi.
  • Kualitas udara.
  • Kualitas pencahayaan.
  • Kebisingan.
  • Display unit (tata ruang dan alat).
  • Hygiene dan sanitasi.
  • Psikososial.
  • Pemeliharaan.
  • penggunaan Komputer.
PERMASALAHAN K3 PERKANTORAN DAN REKOMENDASI
Konstruksi gedung :
  • Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap perencanaan).
  • Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang membahayakan seperti asbes dll.
  • Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan.
  • Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift dll, lampu darurat menuju exit door).
Kualitas Udara :
  • Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan.
  • Kontrol terhadap polusi
  • Pemasangan “Exhaust Fan” (perlindungan terhadap kelembaban udara).
  • Pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”.
  • Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit “Legionairre Diseases “.
  • Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).
  • Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu, bau dll.
  • Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll.
  • Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.
  • Pemasangan fan di dalam lift.
Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya) :
  • Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
  • Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.
  • Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
  • Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
  • Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang digunakan.
  • Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga.
Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali) :
Internal
  • Over voltage
  • Hubungan pendek
  • Induksi
  • Arus berlebih
  • Korosif kabel
  • Kebocoran instalasi
  • Campuran gas eksplosif
Eksternal
  • Faktor mekanik.
  • Faktor fisik dan kimia.
  • Angin dan pencahayaan (cuaca)
  • Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga terjadi hubungan pendek.
  • Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.
  • Bencana alam atau buatan manusia.
Rekomendasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran
  • Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
  • Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan kelebihan beban.
  • Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
  • Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.
Kontrol terhadap kebisingan :
  • Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.
  • Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ” harap tenang, ada rapat “.
  • Dinding isolator khusus untuk ruang genset.
  • Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi gedung dan tata ruang.

Display unit (tata ruang dan letak) :
  • Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi.
  • Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m?).
  • Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.
  • Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik.
  • Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya.
  • Tempat untuk istirahat dan shalat.
  • Pantry dilengkapi dengan lemari dapur.
  • Ruang tempat penampungan arsip sementara.
  • Workshop station (bengkel kerja).
Hygiene dan Sanitasi :
Ruang kerja
  • Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
  • Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.
Toilet/Kamar mandi
  • Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
  • Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk, larangan berupa gambar dll.
  • Penyediaan bak sampah yang tertutup.
  • Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.
Kantin
  • Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup kepala, celemek, sarung tangan dll).
  • Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
  • Lantai tetap terpelihara.
  • Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara berulang.
  • Penyediaan bak sampah yang tertutup.
  • Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja.
Psikososial
  • Petugas keamanan ditiap lantai.
  • Reporting system (komunikasi) ke satuan pengamanan.
  • Mencegah budaya kekerasan ditempat kerja yang disebabkan oleh :
1.    Budaya nrimo.
2.    Sistem pelaporan macet.
3.    Ketakutan melaporkan.
4.    Tidak tertarik/cuek dengan lingkungan sekitar.
  • Semua hal diatas dapat diatasi melalui pembinaan mental dan spiritual secara berkala minimal sebulan sekali.
  • Penegakan disiplin ditempat kerja.
  • Olah raga di tempat kerja, sebelum memulai kerja.
  • Menggalakkan olah raga setiap jumat.
Pemeliharaan
  • Melakukan walk through survey tiap bulan/triwulan atau semester, dengan memperhitungkan risiko berdasarkan faktor-faktor konsekuensi, pajanan dan kemungkinan terjadinya.
  • Melakukan corrective action apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan.
  • Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai.
  • Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.
Aspek K3 perkantoran (tentang penggunaan komputer)
  • Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman :
  • Hal-hal yang harus diperhatikan :
  • Memanfaatkan kesepuluh jari.
  • Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.
  • Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.
  • Lakukan peregangan.
  • Sudut lampu 45 derajat.
  • Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang.
  • Sudut pandang 15 derajat, jarak layar dengan mata 30 – 50 cm.
  • Kursi ergonomis (adjusted chair).
  • Jarak meja dengan paha 20 cm
  • Senam waktu istirahat.
Rekomendasi untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran
  • Perlu membuat leaflet/poster yang berhubungan dengan penggunaan komputer disetiap unit kerja.
  • Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat poster/leaflet.
  • Penggunaan komputer yang bebas radiasi (Liquor Crystal Display).

Kesimpulan
Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting yakni indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain mengenai penggunaan komputer.

Semoga Artikel ini bermanfaat...

Baca juga...

Penerapan Sistem Manajemen HSE / K3 OHSAS-18001

Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Komitmen Manajemen Perusahaan